Kilas Trending – Indonesia hampir pasti akan mengalami resesi. Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Indonesia akan resmi mengalami resesi di bulan depan. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2020 diyakini akan kembali negatif.

 

Bulan Depan akan Terjadi Resesi di Indonesia, Apa Artinya?

Istilah resesi ekonomi seringkali menjadi momok yang menyeramkan. Tetapi, apa sih sebenarnya arti resesi itu?

 

Resesi artinya roda ekonomi sedang istirahat. Hampir sama artinya dengan kata reses, yakni masa periode persidangan diistirahatkan.

 

Ketika ekonomi mengalami resesi atau sedang istirahat, maka perputaran roda ekonomi akan melambat, atau bahkan bisa juga berhenti.

 

Definisi resesi menurut The National Bureau of Economic Research (NBER), adalah penurunan yang signifikan dari kegiatan ekonomi secara merata.


Baca juga: PSBB Jakarta akan Berakibat Kejatuhan IHSG Begitu Dalam

 

Kondisi itu dapat berlangsung dari beberapa bulan yang biasanya terindikasi dalam produk domestik bruto (PDB), indikator pendapatan riil, lapangan kerja, tingkat produksi, hingga penjualan di tingkat konsumsi masyarakat atau eceran.

 

Dari penjelasan tersebut, NBER juga mengartikan resesi ekonomi sebagai berikut:

  • Saat dunia usaha berhenti berkembang.

  • Pertumbuhan ekonomi 0% atau bahkan minus selama dua kuartal berturut-turut.

  • Naiknya angka pengangguran.

  • Penurunan harga properti akibat tidak adanya daya beli.


Penjelasan yang sama juga disampaikan Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad.

 

Indikator resesi dapat dilihat dari menurunnya produksi industri, pengangguran yang terus meningkat, hingga perdagangan ritel yang turun selama 2 kuartal berturut-turut.

 

Menurut Tauhid, seperti halnya teori business cycle, ada puncak dan ada pula penurunan. Saat terjadi resesi, ekonomi akan beristirahat. Penurunan ini terjadi selama 2 kuartal sehingga disebut masa resesi.

 

Pada kuartal II-2020 ekonomi Indonesia sudah minus 5,3 persen. Sementara di kuartal III-2020 yang berakhir bulan ini, diprediksi akan minus minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Bila prediksi itu benar, maka Indonesia resmi memasuki masa resesi ekonomi.

 

Ekonomi Sedang Istirahat atau Sedang Sakit?

 

Dijelaskan pula oleh Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, sejatinya resesi merupakan siklus bisnis yang biasa tapi resesi juga menjadi kondisi pemburukan ekonomi yang perlu dihindari.

 

Namun demikian, di tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini resesi menjadi suatu hal yang wajar. Pasalnya, hampir seluruh negara di dunia mengalami resesi.

 

Resesi yang terjadi belum tentu cerminan adanya kebijakan yang salah, tapi lebih dikarenakan wabah. Oleh karena itu, resesi sebenarnya bukan menjadi isu besar.

 

Istilah resesi diartikan ‘sedang istirahat’, nampaknya terdengar tidak menakutkan. Namun yang menjadi kekhawatiran adalah apa yang membuat ekonomi beristirahat?

 

Apakah sebabnya karena ‘kelelahan’, atau karena memang ‘sakit’? Kekhawatiran menjadi lebih besar jika memang penyebabnya adalah ekonomi sedang ‘sakit’.

 

Ekonomi bisa mengalami ‘sakit’. Ada istilah depresi, artinya kondisi ekonomi yang jauh lebih parah dari resesi. Ibarat manusia, tingkat stres yang sangat tinggi mengakibatkan kejiwaannya menjadi terganggu.

 

Jadi, kita perlu juga memantau perkembangan resesi itu sendiri. Bila terus memburuk dapat menjadi krisis ekonomi. Roda perekonomian yang tadinya dianggap sedang beristirahat dapat berubah menjadi sakit atau mengalami depresi.

 

Sumber: finance.detik.com

Post a Comment